RITUAL ADAT “PENTI WEKI PESO BEO”

Bagi masyarakat Manggarai, upacara Penti memiliki arti sebagai ucapan tanda syukur Kepada Sang Pencipta  (Mori Jari Dedek ) dan kepada arwah nenek moyang atas semua hasil dan jerih payah yang telah diperoleh dan dinikmati, sekaligus memohon untuk diberikan anugerah yang berlimpah di tahun dan masa-masa yang akan datang.

Tradisi penti di rumah adat (mbaru gendang) melambangkan syukuran dan memulihkan lagi hubungan dengan alam, leluhur, dan Sang Pencipta yang sudah menganugerahkan kehidupan baik berupa hasil panen (pertanian dan perkebunan) maupun dalam berupa hasil dari sector pekerjaan yang lain yang dilakoni oleh masyarakat adat Manggarai.

Dalam Ritus Penti, ada beberapa ritual yang dilaksanakan, yakni:

Ritual Barong Lodok

Barong diterjemahkan sebagain pemberitahuan, sedang lodok merupakan pusat dari sebuah lingko atau perkebunan. Jadi, Ritual Barong Lodok adalah ritual kepada leluhur, alam, dan Sang Pencipta yang selama ini menjaga dan memberikan hasil panen. Jadi Ritual Barong Lodok merupakan bagian tak terpisahkan dari tradisi Penti.

Barong Lodok merupakan tahap pertama sebelum diadakan Barong Waé dan Barong Compang. Dalam barong Lodok, hal yang harus dilakukan pertama adalah tua golo dan tua teno (para tetua) duduk bersama di rumah adat sembari menunggu warga kampung untuk dimulainya acara Barong Lodok. Ketika semuanya berkumpul, maka tua Golo yang termasuk pemimpin dan tua Teno memberikan wejangan kepada warga kampung yang hendak berangkat ke kebun.

Dalam ritual ini, disiapkan ayam jantan berbulu merah, minuman tradisional tuak, nasi, garam, daun sirih, buah pinang, dan tembakau tradisional. Setelah semua sudah siap, warga kampung yang hendak ke kebun bergegas keluar dari rumah adat dengan membawa alat musik berupa gendang dan gong lalu diiringi lagu-lagu tradisional Manggarai Timur. Tujuan lagu adalah untuk memacu semangat. Lagu ini pun dilantunkan terus-menerus sampai ke kebun.

Saat semuanya sudah sampai, warga lalu membersihkan kebun, menyiapkan bahan sesajen, memetik semua hasil bumi berupa cengkeh dan kopi untuk disiapkan di atas batu yang telah tersusun rapi di pusat kebun. Kemudian, ritual dilanjutkan dengan doa adat untuk berterima kasih kepada roh leluhur sebagai penjaga kebun atas hasil yang telah didapat dan meminta agar dijauhkan dari segala malapetaka yang mengakibatkan kesengsaraan dalam hidup. Doa ini pun berakhir dengan memberikan sesajen dan makan bersama di kebun.

Setelah semuanya berakhir, Warga kembali ke rumah adat dengan membawakan hasil panen tersebut. Adapun tari tradisional tetap dilantunkan sampai tiba di tengah kampung dan berhenti sejenak ketika mengelilingi Compang atau tempat mesbah, sebelum diterima oleh tua Golo dan tua Teno.

Inti dari barong Lodok ini adalah mengucap syukur dan berterima kasih kepada sang pemilik kehidupan atas hasil bumi yang telah dipanen.

Ritual Barong Wae

Barong artinya memberitahukan, sedang wae artinya, air. Barong Wae adalah ritual di sumber mata air sebagai sumber kehidupan. Sebab, warga selalu menimba air di sumber mata air sekaligus menghormati penunggu mata air yang selalu setia menjaga mata air sehingga memberikan kehidupan bagi masyarakat.

Barong Wae merupakan tahap kedua setelah diadakan barong Lodok. Doa adat dalam acara barong Wae ini berbeda dengan Barong Lodok. Pada Borong Wae, doa yang diutarakan pakar adat adalah meminta perekonomian dalam keluarga tetap aman dan tenteram, ibarat air yang selalu mengalir walaupun berganti musim. Di sini pula doa ditujukan kepada roh penjaga mata air dan mengundang parah leluhur yang mendiami mata air agar mengambil bagian untuk mengikuti acara penti di rumah adat. Doa ini juga meminta agar dijauhkan dari kurus dan layu semua usaha.

Ritual Barong Compang

Barong artinya memberitahukan, sedangkan compang adalah susun batu yang berupa mesba yang berada di tengah kampung sebagai tempat persembahan dari warga kampung. Barong Compang, merupakan tahap ketiga sebelum diadakan ritual Penti di rumah adat.

Dalam acara barong compang ini, bahan yang disiapkan hampir sama seperti Barong Lodok dan Barong Wae, hanya di sini yang perlu ditambahkan adalah tikar yang disiapkan tepat di depan compang. Doa adat yang diucapkan oleh juru adat dalam acara ini adalah bertujuan untuk mengundang roh yang dalam hal ini sebagai penjaga Kampung untuk mengambil bagian dalam acara penti.

Ritual Penti Weki Peso Beo

Ritual Penti Weki Beso Beo merupakan puncak ungkapan rasa syukur dari warga kampung kepada Sang Pencipta, alam, dan leluhur yang dilaksanakan di dalam rumah adat (mbaru gendang). Saat ritual dilangsungkan, ungkapan rasa syukur dan ungkapan pertobatan diucapkan oleh tua adat kampung sambil memegang seekor ayam jantan sebagai lambang perantaraan hubungan manusia yang hidup dengan para leluhur, alam semesta, dan Sang Pencipta. Penti Eeki Peso Beo merupakan acara inti. Dikatakan demikian karena diadakan di rumah adat. Penti erat kaitannya dengan syukur atas hasil panen.